Jumat, 02 Oktober 2009

JADI PAHLAWAN




Sudah dua tahun Ilham rasanya tidak pulang ke Ternate. Mungkin, ia terlalu sibuk dan menikmati kuliahnya di salah satu universitas negeri yang ada di kota Makassar hingga ia sampai lupa kampung halamannya sendiri. Namun, ia tetap berbahagia meski KM. Tilongkabila belum juga berangkat, bahkan masih dipadati hiruk-pikuk ratusan penumpangnya yang satu sama lainnya saling berebut untuk menaiki tangga kapal.

Baru beberapa menit Kapal telah berhelat dari pelabuhan Makassar, tiba-tiba saja seorang ibu berteriak . . .

“ Tolong! Tolong! Anak saya jatuh. Tolong anak saya . . .!!!” Teriakan ibu itu sentak membuat seisi kapal berhamburan mencari asal suara. Tak ketinggalan Ilham yang berada di dek 6.

“ Tolong, Mas! Tolong anak saya, Pak!” Melas si ibu itu pada orang-orang yang berada disekitarnya.

“ Maaf, Bu. Saya tidak bisa berenang!” Ucap seorang lelaki berusia 28 tahun. Suasana pun berubah mencekam, kepanikan, harapan, ketidakmampuan, ditambah lagi pihak kapal mengambil tindakan dengan memutari lokasi sang anak yang terjatuh. Beberapa penumpang pun ikutan panik, sayangnya tak satupun yang memberanikan diri untuk terjun guna menyelamatkan anak tersebut. Tapi . . .BUUSHHH . . .!!! Salah seorang penumpang pun akhirnya terketuk hatinya melompat dari atas dek 6 untuk mengorbankan diri sendiri demi keselamatan orang lain. Suatu nilai-nilai patriotik yang selama ini sudah hampir punah.

“ Alhamdulillah!!!” Ucap syukur serentak terucap dari separuh para penumpang dari atas kapal. Para petugas kapal termasuk ABK ( Anak Buah Kapal ) memberi tindakan pasca penyelamatan termasuk menurunkan tangga dari salah satu bagian kapal. Anak itu pun berhasil diselamatkan. Tepuk tangan yang meriah dari seluruh penumpang kapal pun begitu membahana menghamburkan gelombang pasang air laut. “ Ini dia pahlawan kita ” teriak salah satu penumpang ditengah gemuruh tepuk tangan. Bak selebriti, sang pahlawan pun disambut, dielu-elukan, dan pastinya berhasil mencuri sorot mata para kaum hawa. Nampak sang Ibu segera memeluk anak tercintanya begitu eratnya. Air mata pun tak bisa membendung kebahagiaan.

“ Mungkin ucapan terima kasih saja tidak akan cukup membalas kebaikanmu, Nak”. Ucap Ibu itu sambil tetap memeluk anaknya.

“Ya, barangkali sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk saling membantu, Bu”. Kata sang pahlawan yang langsung disambut decak kagum penumpang lainnya.
“ Kalau boleh tahu nama kamu siapa dan hendak kemana?” Tanya si ibu lagi. Sambil tersenyum-senyum bangga, sang pahlawan itu menjawab “ Nama saya Ilham, Bu. Saya mau ke Ternate untuk liburan sekaligus mau lebaran disana”.

“ Sebagai rasa terima kasih, Ibu ingin memberikan hadiah kepada kamu, nak. Terserah kamu mau hadiah apa, atau mungkin kamu punya permintaan? kamu tinggal bilang saja ”.

“ Mmm…gimana, ya, Bu.”
“ Kamu mau hadiah apa, Nak? Apa kamu mau mobil?”
“ Tidak, Bu!”
“ Kamu mau Uang?”
“ Tidak, Bu!”
“ Atau rumah mungkin? Tidak apa-apa kamu tinggal bilang saja!”.
“ Tidak, Bu! Saya tidak punya permintaan, dan saya tidak menginginkan hadiah. Saya ikhlas, kok, Bu! Hanya saja saya punya satu permintaan”.
“ Apa itu, nak?” Potong si ibu tak sabar.
“ SAYA CUMA INGIN TAHU, SIAPA YANG MENDORONG SAYA TADI????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar