Jumat, 02 Oktober 2009

LUPA RANSEL



Baru sehari menikmati keindahan sebagai pengantin baru, seorang tentara dengan berat hati harus meninggalkan sang istri, sebab ia akan berangkat ke Aceh dalam beberapa bulan lamanya guna menjalankan tugas negara yang harus dipatuhinya.

“ Ma, kamu yang kuat ya! Jangan lupa makan dan jaga kesehatannya. Papa selalu merindukan kamu, ma! ”. Ucap sang suami pada istri tercintanya saat-saat menjelang keberangkatan.
“ Papa juga, ya, jaga kesehatannya. Ingat Ya, Pa, jangan macam-macam ya disana!”. Balas sang istri yang diakhiri dengan saling memeluk satu sama lain. Hal serupa juga dilakukan oleh pasangan prajurit lainnya.

Suatu malam, sang suami bermaksud membuat sebuah kejutan pada istrinya, setelah kepulangannya dari tugas negara. Ketika mendapati sang istri dalam keadaan tidur, Ia kemudian mengendap- ngendap masuk kedalam kamar, sambil merayap dengan sangat tenang, ia pun langsung melompati istrinya, dan tepat berada di atas sang istri. Sang istri pun kaget, dan marah bercampur rasa senang sebab sang suami tercinta yang dinanti-nantikan telah kembali. Namun, tiba-tiba, sang istri malah memarahi sang suami.

“ Ach . . . Papa pasti selingkuh? Pasti sudah ada perempuan Aceh yang merawat Papa disana? ”
“ Papa tidak selingkuh, ma, sumpah!”
“ Papa jahat! Papa sudah khianati kepercayaan dari mama. Ada yang rawat Papa disana. Dulu berat papa hanya 70 kg, sekarang, kok, malah tambah berat?”.
“ Hmm . . . UPSS!!! Sori, ma, RANSELnya Papa belum DILEPAS!!!”.

TES KESEMBUHAN




Seorang psikiater terkenal yang telah lama menangani tiga orang pasien khusus, penderita sakit jiwa, bermaksud ingin mengadakan tes untuk mengetahui perkembangan dan kemungkinan untuk sembuh dari sakit gila.

“ Hari ini, kita akan pergi ke kolam renang. Di kolam renang nanti, kita semua akan mandi”. Kata sang dokter mengajak ketiga pasiennya. Namun, ternyata sang dokter tidak membawa mereka ke kolam renang yang sesungguhnya, malah mereka justru dibawa ke tempat sebuah hamparan pasir yang memang telah disiapkan oleh sang dokter. Sesampainya di lokasi yang dimaksud, sang dokter langsung menyuruh ketiga pasien itu untuk mandi di kolam renang tersebut. “ Ayo, mandi!” Tanpa pikir panjang lagi mereka langsung menceburkan di hamparan pasir tersebut sambil berteriak “ HOREE-HOREE!!! Kita Mandi, asyiiik!!! ”.sang dokter hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi, ternyata satu dari ketiga pasien sakit jiwa itu, ada yang tidak ikutan mandi. sang dokter mencoba merayunya dengan meminta pasien itu untuk segera mandi di hamparan pasir. “ Ayo, mandi! Tuh, lihat, teman-teman kamu pada mandi semua”. Namun permintaan sang dokter hanya ditanggapi dengan gelengan kepala sebagai tanda penolakan. Sang dokter pun mulai tersenyum.

“ Alhamdulillah ”. Ucap sang dokter bersyukur sebab perjuangan panjang pun akhirnya membuahkan hasil. Si pasien kini telah menunjukan tanda-tanda positif, hal ini menunjukan bahwa si pasien telah sedikit demi sedikit berubah jadi waras. Tapi, lagi-lagi karena penasaran, dan terdorong rasa keingintahuannya terhadap pasien yang satu itu, sang dokter pun meneruskan penyelidikannya.

“ Lho, kamu beneran tidak mau mandi?”
“ TIDAK. Aku tidak mau mandi dan tidak bakalan mandi!” Jawab pasien itu tegas.
“ Memangnya kenapa tidak mau mandi?”
“ Karena . . .”
“ Karena apa?”
“ Karena saya Tidak bisa BERENANG!!!”

JADI PAHLAWAN




Sudah dua tahun Ilham rasanya tidak pulang ke Ternate. Mungkin, ia terlalu sibuk dan menikmati kuliahnya di salah satu universitas negeri yang ada di kota Makassar hingga ia sampai lupa kampung halamannya sendiri. Namun, ia tetap berbahagia meski KM. Tilongkabila belum juga berangkat, bahkan masih dipadati hiruk-pikuk ratusan penumpangnya yang satu sama lainnya saling berebut untuk menaiki tangga kapal.

Baru beberapa menit Kapal telah berhelat dari pelabuhan Makassar, tiba-tiba saja seorang ibu berteriak . . .

“ Tolong! Tolong! Anak saya jatuh. Tolong anak saya . . .!!!” Teriakan ibu itu sentak membuat seisi kapal berhamburan mencari asal suara. Tak ketinggalan Ilham yang berada di dek 6.

“ Tolong, Mas! Tolong anak saya, Pak!” Melas si ibu itu pada orang-orang yang berada disekitarnya.

“ Maaf, Bu. Saya tidak bisa berenang!” Ucap seorang lelaki berusia 28 tahun. Suasana pun berubah mencekam, kepanikan, harapan, ketidakmampuan, ditambah lagi pihak kapal mengambil tindakan dengan memutari lokasi sang anak yang terjatuh. Beberapa penumpang pun ikutan panik, sayangnya tak satupun yang memberanikan diri untuk terjun guna menyelamatkan anak tersebut. Tapi . . .BUUSHHH . . .!!! Salah seorang penumpang pun akhirnya terketuk hatinya melompat dari atas dek 6 untuk mengorbankan diri sendiri demi keselamatan orang lain. Suatu nilai-nilai patriotik yang selama ini sudah hampir punah.

“ Alhamdulillah!!!” Ucap syukur serentak terucap dari separuh para penumpang dari atas kapal. Para petugas kapal termasuk ABK ( Anak Buah Kapal ) memberi tindakan pasca penyelamatan termasuk menurunkan tangga dari salah satu bagian kapal. Anak itu pun berhasil diselamatkan. Tepuk tangan yang meriah dari seluruh penumpang kapal pun begitu membahana menghamburkan gelombang pasang air laut. “ Ini dia pahlawan kita ” teriak salah satu penumpang ditengah gemuruh tepuk tangan. Bak selebriti, sang pahlawan pun disambut, dielu-elukan, dan pastinya berhasil mencuri sorot mata para kaum hawa. Nampak sang Ibu segera memeluk anak tercintanya begitu eratnya. Air mata pun tak bisa membendung kebahagiaan.

“ Mungkin ucapan terima kasih saja tidak akan cukup membalas kebaikanmu, Nak”. Ucap Ibu itu sambil tetap memeluk anaknya.

“Ya, barangkali sudah menjadi kewajiban setiap orang untuk saling membantu, Bu”. Kata sang pahlawan yang langsung disambut decak kagum penumpang lainnya.
“ Kalau boleh tahu nama kamu siapa dan hendak kemana?” Tanya si ibu lagi. Sambil tersenyum-senyum bangga, sang pahlawan itu menjawab “ Nama saya Ilham, Bu. Saya mau ke Ternate untuk liburan sekaligus mau lebaran disana”.

“ Sebagai rasa terima kasih, Ibu ingin memberikan hadiah kepada kamu, nak. Terserah kamu mau hadiah apa, atau mungkin kamu punya permintaan? kamu tinggal bilang saja ”.

“ Mmm…gimana, ya, Bu.”
“ Kamu mau hadiah apa, Nak? Apa kamu mau mobil?”
“ Tidak, Bu!”
“ Kamu mau Uang?”
“ Tidak, Bu!”
“ Atau rumah mungkin? Tidak apa-apa kamu tinggal bilang saja!”.
“ Tidak, Bu! Saya tidak punya permintaan, dan saya tidak menginginkan hadiah. Saya ikhlas, kok, Bu! Hanya saja saya punya satu permintaan”.
“ Apa itu, nak?” Potong si ibu tak sabar.
“ SAYA CUMA INGIN TAHU, SIAPA YANG MENDORONG SAYA TADI????

GARA-GARA





Kalau Densus 88 anti teror lagi sibuk mengejar gembong teroris Nordin M Top, si Abduh malah sibuk mencari temannya, si Gara-Gara, Ya, namanya emang Gara-Gara, yang sudah tiga hari belum pulang kerumah orang tuanya. Pasalnya, selain permintaan pihak keluarganya, juga karena motor yang dibawa oleh si Gara-Gara adalah milik si Abduh.Ya, takutnya terjadi sesuatu pada temannya.

Suatu ketika, minggu siang, karena hanya bermaksud membeli Es Teller di Jalan Hertasning, si Abduh membawa sepeda motor yang tanpa disertai dengan berbagai atribut-atribut sepeda motor, ditambah lagi uang yang dibawanya hanya ala kadarnya. Dengan langkah pasti, ia langsung memacu kuda besinya. Tiba-tiba, si Abduh kaget bukan kepalang, dengan cekatan seorang polisi berhasil menghentikannya. Si Abduh mencoba melihat-lihat disekitarnya yang nampak terdapat banyak Polisi. Si Abduh baru menyadari ternyata ada SWEEPING. Duh, aku pikir lagi mencari Nordin M Top. Kata si Abduh dalam hatinya. Tapi, kok, SWEEPINGnya tiap hari, ya!

“ Selamat siang, Pak!” Ucap si Polisi yang langsung memecah khayalan si Abduh.
“ Ya, selamat siang. Maaf, Ya, Pak, ini ... ada apa?” Balas si Abduh yang berpura-pura tidak tahu.
“ Anda sepertinya melanggar, ya?” Kata si Polisi sambil memandangi ke arah si Abduh. “ Helm kamu mana?” Tambah Si Polisi.
“ Anu, Pak, tidak ada!”
“ Tidak ada? Kalau STNK motornya?”
“ Oh, tidak ada juga , pak!”
“ kalau SIMnya ada, kan?”
“ Wah, tidak ada juga, Pak!”
“ Kamu mau cari gara-gara, ya?”
“ Iya, Pak, saya memang lagi cari gara-gara. Tapi, kok, tahu kalau saya lagi mencari gara-gara”
“ PLAAAK!!!”

DI INDONESIA BANYAK


Saat sedang asyik bersantai dengan berjalan-jalan menyisir pantai Honolulu sambil menikmati keindahan panoramannya, ketiga sahabat beda negara yaitu; Australia, Jepang, dan Indonesia berbagi cerita dan pengalaman serta berbincang mengenai keanekaragaman budaya masing-masing, maklumlah, ketiga sahabat beda negara itu sama-sama mengambil konsentrasi bidang Intercultural Communication di Universitas Hawai.

Si jangkung Ausi, dengan rambut pirangnya, memulai untuk memuji-memuji negaranya, mulai dari letak geografisnya hingga keanekaragaman budayanya, serta binatang Kanguru yang tak henti-hentinya dipujanya, yang konon katanya hanya terdapat di benua Australia saja. Namun saat ingin mengakhiri ulasannya itu, orang Australia tersebut merogoh sebungkus rokok Marlboro dari dalam sakunya, menyalakannya, lalu dihisapnya dalam-dalam, asap rokok pun mengepul di udara. Tiba-tiba, si orang Australia itu pun langsung membuang sebatang rokok yang baru sekali dihisapnya itu. Mendapati suatu pemandangan yang tak lazim itu, si orang Jepang langsung bertanya.

“ Kenapa Rokoknya dibuang, mister?”
“ Oh, kalau di Australia,sih, banyak!”

Kini giliran orang Jepang yang akan mengutarakan negeri mataharinya yang terkenal tidak hanya keindahan sakuranya itu, tapi Jepang dikenal juga sebagai negara yang berhasil menjadi negara maju, bangkit dari keterpurukan akibat bencana Hiroshima dan Nagasaki menjadi raksasa ekonomi tanpa harus menanggalkan identitas budayanya. Namun, saat mereka melewati sebuah tong sampah, si orang Jepang tiba-tiba melepaskan sepatu NikE yang baru saja dibelinya, dan kemudian dibuangnya ke tong sampah. Kini giliran teman Indonesianya yang keheranan atas tingkah teman Jepangnya itu.

“ Lho, kenapa sepatunya dibuang?”
“ Oh, sepatu kayak gini di Jepang banyak!”

Si orang Indonesia hanya kebingungan, sebab Ia juga bingung harus mulai dari mana kalau menceritakan keadaan dan situasi negaranya. Ia hanya celingak-celinguk memandang kekiri dan kekanan. Tiba-tiba, Ia mendapati seorang Chinese yang kebetulan tengah menikmati tarian Hula-hula. Tanpa pikir panjang, orang Indonesia langsung mengangkat ORANG CHINA tersebut dan membuangnya ke laut. Spontan saja mengundang kekagetan dari orang Australia dan orang Jepang.

“ Lho, Mas, Kenapa orangnya dibuang?”.
“ Oh, kalau di Indonesia, mah, BUANYAK!!!”

KONTES BUAH DADA





Ke-empat finalis dari kontes yang mempertandingkan buah dada tingkat internasional, yang diselenggarakan di kota Los Angels, Amerika Serikat, akhirnya sukses menempati puncak podium teratas sekaligus berhasil menyingkirkan lawan-lawan mereka yang berasal dari berbagai penjuru dunia. Empat finalis tersebut adalah perwakilan dari negara Perancis, Rusia, Amerika, dan yang tak pernah ketinggalan dari Indonesia. Tanpa banyak berbasah-basih sang MC langsung mengundang para finalis yang memang sejak tadi telah dinanti-nantikan oleh ribuan penonton.

“ Finalis pertama kita, dari Prancis . . .” sang MC terdiam sesaat, lantas melanjutkannya . . .” Dari Prancis, sebesaaar . . .BUAH PEPAYA!!!” Para penonton pun langsung memberi tepuk tangan yang meriah.

“ Finalis kedua, perwakilan negara Beruang Putih, Rusia, sebesaaar . . . BUAH KELAPA!!!”. Sambutan hangat dari ribuan penonton pun tak kalah meriahnya.

“ Finalis ketiga, dari Amerika, sebesaaar . . .BUAH SEMANGKA!!!”. Teriakan histeris langsung membahana dan memecah suasana menjadi riuh, burung-burung yang beterbangan disekitar lokasi juga sempat memberi tepuk tangan yang gemuruh, terdengar juga teriakan dari para penonton “ we’re the best! She’s the best one!”.

“ Finalis keempat, dari Indonesia, sebesaaar . . . sebesaaar . . .BUAAH APEEL!!!” Tiba-tiba suasana berubah hening. Cibiran, cacian, teriakan, serta sindiran mendarat pada kandidat Indonesia. “ Huuuh, what a loser you are!!!” teriakan salah satu penonton.

Dengan tenang dan percaya diri, peserta keempat tersebut menghampiri microphone yang berada di ujung sebelah kiri panggung dan berkata “ Tenang!Tenang!Tenang semuanya, itu baru PUTINGNYA!!!”

Selasa, 04 Agustus 2009

HIKAYAT SANG KAKEK III





Sudah menjadi tradisi dan hukum alam kalau ternyata seorang kakek justru lebih dekat dengan cucu-cucunya ketimbang anak-anaknya sendiri.Ya, mungkin karena cuculah yang sering menjadi teman buat si kakek, pada saat anak-anaknya justru lebih banyak disibukkan dengan hal-hal duniawi.


“Dit, kamu, ya, kalau bawa motor itu jangan ngebut-ngebutan, kata Tatu, kamu sering kencang-kencang kalau lagi bawa motor!” Nasehat sang kakek saat sedang bersama cucu kesayangannya, Adit, di teras rumah.

“ Lho, memangnya kenapa, Kek? Kan, Adit, mau jadi pembalap kayak VALENTINO ROSSI!!!”

“ Berarti kamu mau ikut jejak kakek dulu, dong. Kakek dulunya, sih, juga suka balapan motor, ngebut-ngebutan, bahkan lebih hebat dari Valentino Rossi, soalnya kalau lagi bawa motor, kakek bisa angkat tangan dan kaki!!!”

“ Wah, kakek, hebat dong!! Kakek PEMBALAP juga, ya???”

“ bukan!!! Kakek cuma nebeng dibelakang alias dibonceng!!!”

Senin, 03 Agustus 2009

HIKAYAT SANG KAKEK II




"kamu berkelahi, Dit?" sidik sang kakek saat mendapati cucu kesayangannya pulang sekolah dengan penuh memar di bagian wajah.
"Iya, kek!" Jawab si Adit singkat.
"Emangnya ada masalah apa? kamu berkelahi dengan siapa? trus..kamu kalah?" desak kakek penuh sidik.
"ya, biasalah, kek. Ya..terang saja aku kalah soalnya diakan main keroyokan."
"kamu dikeroyok berapa orang, Dit?"
"pokoknya tidak seimbang, kek"
"Iya, berapa?"
"Dua Orang, Kek"
"DUA ORANG? Cuma dua orang sudah babak belur begini? Ya, itu, sih belum ada apa-apanya, cu, dibanding jaman kakek dulu". Terang sang kakek sambil tersenyum kepada si cucu.

Seperti biasa sang kakek pun mulai mengisahkan kisah pengalaman heroiknya, dimana ia tak pernah gentar sedikitpun menghadapi para preman atau penjahat yang hendak mengerjainya. Bekal ilmu silat hasil gemblengan sang ayah sejak dibangku SD, membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan bermental baja. Itulah mengapa Kakek tak pernah takut pada siapa pun. Sambil sesekali memegangi wajahnya yang memar, si cucu mencoba mendengarkan ulasan sang kakek dengan penuh hikmat, siapa tahu dia bisa belajar suatu pengalaman yang berharga. Dulu, kakekmu ini pernah juga berkelahi, bahkan kakek pernah berkelahi dengan tiga orang sekaligus, tapi kakek tidak takut. Pernah juga kakek berkelahi dengan para preman yang jumlahnya jauh lebih banyak.

" Berapa orang, kek?" potong si cucu.
"LIMA ORANG"
" Apa kakek menang?"
" Ya, jelaslah, kakek yang menang. Itu, sih, belum apa-apa, cu". Terang si kakek yang dengan bangga memberi penjelasan.

"wah, kakek, memang hebat!" puji si cucu.


Ada yang lebih hebat lagi, cu. Suatu malam, sepulang dari nonton pesta rakyat di halaman dekat balai desa, waktu itu kakek pulangnya agak telat. Dalam perjalanan menuju rumah, tiba-tiba di tengah jalan, kakek dihadang TUJUH ORANG, sama anak-anak kampung seberang yang memang telah lama menyimpan dendam dengan kampung kakek. Tapi kakek sudah terlatih untuk menghadapi situasi genting semacam itu. Kakek pun akhirnya harus terlibat perkelahian. Satu per satu kakek hadapi, karena kakek ingin menyelesaikan secepatnya, kakek lalu mengeluarkan jurus andalan, dan akhirnya ENAM ORANG berhasil kakek jatuhkan. si cucu kembali berdecak kagum, dan merasa bangga ternyata kakeknya seorang jagoan. Tapi . . .

" Lho, kek, kok yang jatuh cuma enam orang, sih, bukannya ada tujuh orang?" tanya si cucu penasaran.
" Itu dia masalahnya, cu!"
" maksud kakek?"
" Yang satu itulah yang membawa kakek ke RUMAH SAKIT!!!"

HIKAYAT SANG KAKEK




Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh, sang kakek pun bertanya pada cucu kesayangannya itu..
"lho, cu, kenapa belum bersiap-siap?" tanya sang kakek heran.
"anu, kek, malas!!" jawab si cucu singkat.
"malas kenapa, cu?"
"kemungkinan aku juga sudah terlambat kalo tetap berangkat. Lagi pula Doni, teman Adit tidak datang menjemput, diakan lagi sakit kena flu babi..he..he" terang si cucu.
"lho, kamu kan bisa jalan kaki!!" saran sang kakek.
"jalan kaki???"


Aduh, aduh, mau jadi apa bangsa ini kalau generasi mudanya bermental malas. Anak jaman sekarang sudah dibiasakan dan dididik untuk bermalas-malasan dan cepat mengeluh. Sang kakek mencoba memberi tanggapan. jaman sekarang enak, berangkat les, belajar kelompok, ke sekolah semuanya serba kendaraan. Banyak anak-anak sekolah yang sudah bawa motor, bahkan tak jarang ada yang membawa mobil. Kalau disuruh jalan kayaknya semua pada gengsi, padahal jalan kaki itu kan sehat...tidak sama kayak kakek dulu...

"memangnya jaman kakek dulu gimana?" potong si cucu.

Sang kakek pun mulai mengambil ancang-ancang untuk menceritakan peristiwa bersejarah tentang perjuangan dirinya mencari ilmu pengetahuan. Diam-diam sang kakek ingin memberi suatu pelajaran berharga serta hikmah kepada cucunya yang malas itu lewat pengalaman hidupnya.

Dulu, kalau menuntut ilmu itu sangat berat, penuh plus-minusnya alias suka dukanya. Kalau mau dihitung-hitung, justru lebih banyak dukanya ketimbang sukanya. Karena jarak tempat tinggal dan sekolah itu sangat-sangat jauh..bayangkan saja, cu, waktu masih di SD, antara sekolah dan rumah kakek itu berjarak 10 kilo meter, dan itu musti ditempuh dengan jalan kaki..

"JALAN KAKI???" potong si cucu dengan nada terperangah.

Nuntut ilmu itu memang berat, cu. Setelah lulus SD, karena semangat yang kuat dan didorong oleh keinginan yang luhur...( kok kayak undang-undang 45), kakek tetap meneruskan sekolah meski kakek harus berjalan kaki yang jaraknya 15 kilo meter setiap harinya, di SMP negeri 1..Si cucu kembali berdecak kagum mendengar hikayat kakeknya yang sangat luar biasa. Tidak sama kayak anak-anak jaman sekarang, yang jaraknya cuma 200 meter saja sudah pakai kendaraan.
Tapi, yang paling seru lagi, lanjut sang kakek, waktu lulus SMP, cobaan jaraknya makin berat, kakek harus menempuh jarak 20 kilo meter tiap harinya dengan berjalan kaki sebab kakek diterima di SMA unggulan waktu itu, semua itu kakek lakukan demi menuntut ilmu..

"Tapi bisa dilihat sekarang kan hasilnya???"
" Kakek sukses?"
"Tidak!!!"
"kakek berhasil?"
"Tidak!!!"
" Lalu apa, kek?"
"KAKEK LUMPUH!!!"