Senin, 03 Agustus 2009

HIKAYAT SANG KAKEK II




"kamu berkelahi, Dit?" sidik sang kakek saat mendapati cucu kesayangannya pulang sekolah dengan penuh memar di bagian wajah.
"Iya, kek!" Jawab si Adit singkat.
"Emangnya ada masalah apa? kamu berkelahi dengan siapa? trus..kamu kalah?" desak kakek penuh sidik.
"ya, biasalah, kek. Ya..terang saja aku kalah soalnya diakan main keroyokan."
"kamu dikeroyok berapa orang, Dit?"
"pokoknya tidak seimbang, kek"
"Iya, berapa?"
"Dua Orang, Kek"
"DUA ORANG? Cuma dua orang sudah babak belur begini? Ya, itu, sih belum ada apa-apanya, cu, dibanding jaman kakek dulu". Terang sang kakek sambil tersenyum kepada si cucu.

Seperti biasa sang kakek pun mulai mengisahkan kisah pengalaman heroiknya, dimana ia tak pernah gentar sedikitpun menghadapi para preman atau penjahat yang hendak mengerjainya. Bekal ilmu silat hasil gemblengan sang ayah sejak dibangku SD, membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan bermental baja. Itulah mengapa Kakek tak pernah takut pada siapa pun. Sambil sesekali memegangi wajahnya yang memar, si cucu mencoba mendengarkan ulasan sang kakek dengan penuh hikmat, siapa tahu dia bisa belajar suatu pengalaman yang berharga. Dulu, kakekmu ini pernah juga berkelahi, bahkan kakek pernah berkelahi dengan tiga orang sekaligus, tapi kakek tidak takut. Pernah juga kakek berkelahi dengan para preman yang jumlahnya jauh lebih banyak.

" Berapa orang, kek?" potong si cucu.
"LIMA ORANG"
" Apa kakek menang?"
" Ya, jelaslah, kakek yang menang. Itu, sih, belum apa-apa, cu". Terang si kakek yang dengan bangga memberi penjelasan.

"wah, kakek, memang hebat!" puji si cucu.


Ada yang lebih hebat lagi, cu. Suatu malam, sepulang dari nonton pesta rakyat di halaman dekat balai desa, waktu itu kakek pulangnya agak telat. Dalam perjalanan menuju rumah, tiba-tiba di tengah jalan, kakek dihadang TUJUH ORANG, sama anak-anak kampung seberang yang memang telah lama menyimpan dendam dengan kampung kakek. Tapi kakek sudah terlatih untuk menghadapi situasi genting semacam itu. Kakek pun akhirnya harus terlibat perkelahian. Satu per satu kakek hadapi, karena kakek ingin menyelesaikan secepatnya, kakek lalu mengeluarkan jurus andalan, dan akhirnya ENAM ORANG berhasil kakek jatuhkan. si cucu kembali berdecak kagum, dan merasa bangga ternyata kakeknya seorang jagoan. Tapi . . .

" Lho, kek, kok yang jatuh cuma enam orang, sih, bukannya ada tujuh orang?" tanya si cucu penasaran.
" Itu dia masalahnya, cu!"
" maksud kakek?"
" Yang satu itulah yang membawa kakek ke RUMAH SAKIT!!!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar